Serpihan Asa
Seorang penjaja
kendi…
Basuhan embun menitik
menusuk nadi
Kala laju angin
terbias kabut bisu
Ketika sang fajar
menyikut di sudut timur
Dengan langkah
tertatih
Kau sambut
congkaknya dunia
Dengan sesimpul
senyum tulus
Teguh memegang asa
Meski kemilau dunia hanya dalam dekapan semata
Di sudut yang berbeda
Kau terpaku bisikan alunan syukur kepada-Nya
Walau pedih terasa di relung mata
Berbekal seberkas
amanat dari sang lebur
Berkostum tangan
kasar penuh kukur
Engkau jemput
segenggam tanah lempung tak berarti
Dan kau ciptakan
sebuah kendi adiluhur
Meski kau tahu
akhirnya pasti…
Kau akan jatuh tersungkur
Dengan kayuhan ringkihmu
Kau jajakan setumpuk kendi penuh ketulusan hati
Berlantangkan suara serak sendu
Menatap lurus bias silau terik mentari
Namun… Apa
daya
Tiada nurani
terketuk rasa
Memilih kendi,
wadah penghilang dahaga
Mereka lebih
memilih wadah pelepas dahaga berkostum putih, beraga kaleng
Kendi elokmu tak
terjamah
Budaya dan hasta
karya leluhur kian tergusur
Sang surya melangkah menjauh
Seiring dengan datangnya hening senja memaku
Seakan senja dengan lirih mengajaknya bicara dalam bahasa
kalbu
Indah… Namun tak dapat digenggam
Awangnya tentang hidup bahagia hanyalah impian semata
Ketika ia sadar…
Senja hanyalah awing kelabu yang terabu
Tembang megatruh
menghibur kecil jiwaku
Kau coba tahan
kepedihan dan pahitnya harapan semu
Jika mereka pernah
berkata
Alam pembawa
kesejahteraan…
Apa buktinya?
Sering kali ungkapan
bijak terlontar
Alam pemberi
keberkahan…
Apa wujudnya?
Tiada makna segala
kata
Tiada arti pepatah
bersenandung baginya
Bila hanya harapan
kosong belaka
Tidakkah pernah terlintas di benak mereka
Tetesan jernih merintik dari mulut kendi
Memberi sejuta kesejukan tiada terkira
Berbaur melebur menjadi satu…
Dalam keselarasan penyejuk raga pembius dahaga
Bijaksana wahai insan
Pikirkan dan
bayangkan
Kita kembali
kepada alam
Kita kembali pada
kebajikan
Demi kesejahteraan
dan kemanfaatan
Tetapi terselip satu wujud nyata kebahagiaan di benaknya
Lembar-lembar pedih seorang penjaja kendi…
Di bawah terik mentari yang angkuh
Tersimpan sepenggal bangga dari senyumannya
Membawa ke awang warisan tradisi luhur bangsa
Setia pada budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar