Jumat, 10 April 2015

Puisi Serpihan Asa Seorang Penjaja Kendi

Serpihan Asa

Seorang penjaja kendi…

 

Basuhan embun menitik menusuk nadi

Kala laju angin terbias kabut bisu

Ketika sang fajar menyikut  di sudut timur

Dengan langkah tertatih

Kau sambut congkaknya dunia

Dengan sesimpul senyum tulus

Teguh memegang asa

Meski kemilau dunia hanya dalam dekapan semata

Di sudut yang berbeda

Kau terpaku bisikan alunan syukur kepada-Nya

Walau pedih terasa di relung mata

Berbekal seberkas amanat dari sang lebur

Berkostum tangan kasar penuh kukur

Engkau jemput segenggam tanah lempung tak berarti

Dan kau ciptakan sebuah kendi adiluhur

Meski kau tahu akhirnya pasti…

Kau akan jatuh tersungkur

Dengan kayuhan ringkihmu

Kau jajakan setumpuk kendi penuh ketulusan hati

Berlantangkan suara serak sendu

Menatap lurus bias silau terik mentari

Namun… Apa daya

Tiada nurani terketuk rasa

Memilih kendi, wadah penghilang dahaga

Mereka lebih memilih wadah pelepas dahaga berkostum putih, beraga kaleng

Kendi elokmu tak terjamah

Budaya dan hasta karya leluhur kian tergusur

Sang surya melangkah menjauh

Seiring dengan datangnya hening senja memaku

Seakan senja dengan lirih mengajaknya bicara dalam bahasa kalbu

Indah… Namun tak dapat digenggam

Awangnya tentang hidup bahagia hanyalah impian semata

Ketika ia sadar…

Senja hanyalah awing kelabu yang terabu

Tembang megatruh menghibur kecil jiwaku

Kau coba tahan kepedihan dan pahitnya harapan semu

Jika mereka pernah berkata

Alam pembawa kesejahteraan…

Apa buktinya?

Sering kali ungkapan bijak terlontar

Alam pemberi keberkahan…

Apa wujudnya?

Tiada makna segala kata

Tiada arti pepatah bersenandung baginya

Bila hanya harapan kosong belaka

Tidakkah pernah terlintas di benak mereka

Tetesan jernih merintik dari mulut kendi

Memberi sejuta kesejukan tiada terkira

Berbaur melebur menjadi satu…

Dalam keselarasan penyejuk raga pembius dahaga

Bijaksana wahai insan

Pikirkan dan bayangkan

Kita kembali kepada alam

Kita kembali pada kebajikan

Demi kesejahteraan dan kemanfaatan

Tetapi terselip satu wujud nyata kebahagiaan di benaknya

Lembar-lembar pedih seorang penjaja kendi…

Di bawah terik mentari yang angkuh

Tersimpan sepenggal bangga dari senyumannya

Membawa ke awang warisan tradisi luhur bangsa

Setia pada budaya

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar