Jumat, 10 April 2015

Puisi Jalinan Kasih Landhang dan Ronggeng

Jalinan Kasih Landhang dan Ronggeng

 

Kala senja tenggelam dan berselimut malam

Ribuan pasang mata memandang, tajam menghujam

Sorak-sorai membahana

Menyaksikan persembahan dari mu sepenuh jiwa

 

Riasan wajah merah nan memesona, tampan lagi perkasa

Satu landang dengan pasukan berkudanya

Menari-nari dengan gagahnya

Kuda lumping namanya

 

Ketika kendang, saron dan gong ditabuh niyaga

Musik menghentak menggugah naluri jaran kepangku

Blang genthak thung thung gling…

Thong… kling thong… thong… kling thong… Gong…

 

Penari ronggeng yang cantik jelita

Dengan busana bak putri raja

Selendang, nyamping dan kebaya menghiasi raganya

Senyuman tulus, tarian lemah gemulai menyejukkan jiwa

Membuat semua terpaku, terpana dan terpesona

 

Ketika malam terselubung alunan gamelan

Landhang dan ronggeng menari tegak beraturan

Cetheeerrr! Cetheeerrr!

Pecut menggelegar menggetarkan angkasa

Mempercepat lagi degup jantung yang hampir mereda

 

Lalu muncullah setan berwajah seram menakutkan

Kuku panjang lancip, laksana jarum runcing menantang

Rambut putih acak-acakan

Dengan api dendam membara

Leak namanya

 

Semua porak-poranda karena ulah leak si angkara

Bagai petir melecut bumi

Penari-penari kecil nyali

Hadapi sang leak hilang kendali

Hanya sang landhang seorang diri

Tetap berdiri kokoh, gagah berani

 

Betapa besar pengorbanannya

Demi cinta dan kejayaannya

Bertarung melawan leak durjana

Berlaga di atas panggung sandiwara

 

Semua tahu siapa yang akan merdeka

Semua tahu siapa yang memenangkan cinta

Landhang berdiri dengan kokohnya

Mengangkat kedua tangannya

Memekikkan Jaya! Jaya! Jaya!

 

Akhirnya kejahatan kalah oleh kebenaran

Si muka suram pergi tak datang lagi

Tinggallah landhang dan ronggeng kini

Menari-nari bersama penuh suka cita

Tuk rayakan kemenangannya

Di tengah lautan manusia

 

Amboi! Manis sekali budayaku ini

Sayang jika sirna dari bumi pertiwi

Walau budaya manca digeluti

Walau kita generasi masa kini

Jangan lupakan nguri-uri

Budaya adi luhung negeri sendiri

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar