“Elegi Sang
Budaya”
Simpang siur
keadaan negeri ini
Tak jelas mana
hitam mana putih
Meski waktu telah
mengelam
Semuanya kabur
dalam desiran
Obor-obor gemerlap
negeri ini
Sayup…
Redup…
Hingga hari
rembang petang
Kebudayaan negeri
ini
Beratap tak
berlandas
Berdoyong-doyong
Berderak-derak
Desau lelah orang-orang
Mengucurkan leluh
peluh
Dalam desah angin
menerpa
Hanya melintas tak
menyapa
Gundah hati ini
mendera bisu
Dari raga yang
membujur kaku
Harap terucap
dalam daku
Saat malam dingin
menyilu
Sepenggal sejak
membius nurani
Menjelajahi mega
kesempurnaan diri
Akan kebudayaan
negeri ini
Yang tengah di
ambang dan nyaris mati
Seluk beluk
permasalahan
Sebab dalam
pekat…
Juga akibat…
Bagai suratan yang
tersirat
Tersembunyi di
balik batu
Tertimbun di
tumpukan kayu
Tertutupi oleh
iringan waktu
Tak satu pun orang
tahu
Mataku
terpejam…
Hatiku
tertikam…
Saat dunia makin
riuh
Dan tembang petang
makin berlabuh
Dalam desah angin
menerpa
Kutitipkan doa
lewat sukma
Saat dunia tengah
terlena
Akan kehidupan
fana
Kepada-Nya
Sang penggenggam
hati
Berilah kekuatan
sekeras baja
Berilah kesabaran
seluas Angkasa
Berilah kemauan
seperti sang Garuda
Berilah perasaan
selembut sutra
Agar kehormatan
Sang
kebudayaan…
Tetap
bertahan…
Tak terkikis era
peradaban
Sebagai pemuda
harapan
Kita kan terus
berjuang
Mempertahankan sang
kebudayaan
Walau leluh peluh
kuteteskan
Walau penat lelah
kurasakan
Walau raga kan
terbungkam
Walau terasa detik
waktu adalah pilu
Yang tergores
dalam kalbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar